Rabu, 12 November 2008

Mendapat Keuntungan Berlipat

(oleh :  Prof. Dr. M. Suyanto MM, P.hd)

Untuk mendapat keuntungan berlipat banyak dilakukan dengan mengotak-atik pendapatan dan biaya. Karena rumus keuntungan adalah pendapatan dikurangi biaya. Langkah pertama yang dilakukan dengan menggenjot pendapatan dengan melakukan pemasaran yang agresif. Pendapatan merupakan perkalian antara harga dengan volume penjualan. Bermacam-macam strategi pemasaran digunakan untuk meningkatkan volume penjualan, mulai dari strategi kepemimpinan biaya secara menyeluruh sampai strategi diferensiasi. Tidak cukup dengan itu ditambah lagi strategi fokus, baik fokus kepemimpinan biaya secara menyeluruh maupun fokus diferensiasi. Strategi kepemimpinan biaya secara menyeluruh menonjolkan keunggulan harga dibandingkan pesaing dan strategi diferensiasi menonjolkan keunggulan produk, personal, pelayanan, saluran dan citra dibandingkan pesaing. Sedangkan untuk mengurangi biaya dengan melakukan efisiensi habis-habisan di segala lini. Bahkan kadangkala lini pada pengembangan sumberdaya manusia, seperti fasilitas pendidikan, pelatihan, tunjangan kesehatan dan sebagaya dipangkas habis. Tetapi justru pemangkasan pada biaya pengembangan sumberdaya manusia yang malah menjatuhkan perusahan itu, karena berpengaruh pada pendapatan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan jatuhnya semangat bisnis para karyawan. 


Ada cara lain untuk meningkatkan keuntungan yang berlipat seperti yang dilakukan Ali bin Abi Thalib. “Wahai wanita, apakah kamu mempunyai sesuatu yang bisa dimakan suamimu?” tanya Ali kepada istrinya Fátimah. “Demi Allah aku tidak mempunyai sesuatu sedikitpun, Namur ini ada uang 6 dirham dari hasil upahku memintal bulu. Uang tersebut akan aku belikan makanan untuk Hasan dan Husain” jawab Fatimah. ”Wahai wanita yang mulia, berikan uang 6 dirham itu kepadaku” kata Ali. Fátima lalu memberikan uang 6 dirham itu kepada Ali bin Abi Thalib. Sesudah uang diterima, Ali ke luar rumah dengan maksud membeli makanan untuk kedua putranya. Tiba-tiba di tengah jalan ia bertemu seorang yang berkata “Siapa yang mau meminjami Allah, Dzat Yang Menguasai dan pasti Dia akan menepati Janji-Nya”. Akhirnya Ali mendekati orang tersebut dengan menyerahkan uang 6 dirham yang dibawanya dari rumah yang sedianya dibelikan makan untuk anaknya. Setelah uang diberikan Ali langsung pulang.

Ketika Fátima mengetahui kepulangan suaminya ke rumah tanpa membawa makanan apa-apa, ia terus menangis. Melihat istrinya menangis, Ali langsung bertanya “Wahai wanita mulia, apa yang menyebabkan engkau menangis?”. “Wahai putra paman Rasulullah, aku melihat engkau pulang dengan tanpa membawa makanan sedikitpun” jawab Fátimah. “Wahai wanita mulia, aku telah menghutangkan uang 6 dirham tadi kepada Allah” kata Ali. “Kalau itu yang engkau lakukan aku setuju” kata Fatimah.

Kemudian Ali bin Abi Thalib keluar hendak menuju ke tempat Rasulullah saw, tiba-tiba di tengah jalan ia bertemu seorang Badui yang sedang menuntun unta. Ali lalu mendekati Badui tersebut, maka Badui itu berkata “Wahai ayah Hasan, belilah unta ini”. “Aku tidak mempunyai uang sepeserpun untuk membeli untamu itu” kata Ali. Badui :” Aku menjual unta ini dengan cara dihutangkan”. Ali: “Kalau begitu, berapa harunta ini kamu jual?”. Badui: “Aku menjualnya dengan harga 100 dirham”. Ali:“Baiklah, unta ini aku beli, namun pembayarannya nanti saja setelah aku mendapatkan uang”.

Setelah itu Ali bin Abi Thalib menuntun unta yang baru dibelinya. Tetapi tidak begitu jauh Ali dihadang oleh seorang Badui lain, yang bertanya kepadanya “Wahai ayah Hasan, apakah kamu hendak menjual unta yang kamu tuntun itu?”. Ali: “Benar, aku hendak menjual unta ini”. Badui: ” Berapa harganya?”. Ali:“Harga unta ini 300 dirham”. Badui:“Baiklah, aku beli untamu dengan harga tersebut”. 

Setelah orang Badui itu menyetujui harganya, ia langsung membayar 300 dirham secara tunai kepada Ali. Sesudah menerima pembayaran tersebut, Ali menyerahkan kendali untanya kepada orang Badui tadi. Kemudian ia pulang ke rumahnya. Tatkala Fatimah mengetahui suaminya datang, ia menyambutnya dengan senyum kasih saying, sebagaimana kebiasaan yang ia lakukan setiap kali menyambut kedatangan suaminya. Fatimah lalu bertanya “Wahai ayah Hasan, apa yang engkau bawa hari ini?”. “Wahai putri Rasulullah, aku telah membeli seekor unta dengan dihutang cara pembayarannya seharga 100 dirham. Aku lalu menjual unta tersebut dengan harga 300 dirham secara tunai” jawab Ali. “Aku setuju saja terhadap apa yang kamu lakukan asalkan membawa kemanfaatan dan kemaslahatan” kata Fatimah.

Sesudah berbincang-bincang dengan Fatimah dirasa cukup, ia keluar rumah lagi menuju tepat Rasulullah. Pada saat ia memasuki pintu masjid Rasulullah saw melihatnya dengan tersenyum dan ketika Ali sudah mendekat, beliau berkata ““Wahai ayah Hasan, apakah kamu yang bercerita kepadaku, ataukah aku yang memberi kabar kepadamu?”. “Engkau saja yang memberi kabar kepadaku” jawab Ali. Rasulullah berkata ““Wahai ayah Hasan, apakah kamu sudah mengerti, siapa sebenarnya Badui yang menjual unta kepadamu itu, dan siapa Badui kedua yang membelinya?”. Ali: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Rasulullah: “Beruntung sekali kamu………beruntung ……….beruntung……… Wahai Ali, kamu telah menghutangi Allah dengan 6 dirham, maka Allah memberimu 300 dirham sebagai pengganti setiap dirham mendapat 50 dirham. Adapun orang Badui yang pertama adalah Jibril, sedangkan yang kedua adalah Israfil“. Menurut riwayat lain menyebutkan bahwa orang pertama yang menjual unta adalah Jibril, sedangkan yang kedua adalah Mikail.

Tidak ada komentar: